Nih,,, gambar Perbandingan Planet Kita ( bumi ) sampe Antares
Verst/\nds
Hanya Sekedar Blog belaka
Jumat, 27 Februari 2009
Rabu, 18 Februari 2009
The World's shortest man
Senin, 22 Desember 2008
Tempat Liburan Murah
Liburan sekolah telah tibaaa,,, apakah anda sudah mendapatkan tempat berlibur yang bagus dan murah ? Jika anda sudah bosan berlibur di dalam negeri ? ada tempat hiburan di luar negeri yang sangat murah dan indah.... Pilih salah satunya di bawah ini !!!
Fez, MarokoFez
disebut-sebut sebagai pusat kebudayaan Maroko, Afrika Utara, dimana tempat ini belum komersial. Kita bisa menginap di rumah-rumah tradisional dengan taman serta pemandangan indah dengan harga yang murah. Harga makanannya pun sangat terjangkau dan sangat lezat.
Budapest, Hungaria
Kalau anda pergi ke Eropa Barat, anda bisa mampir di Budapest. Di kota ini semua harga jauh lebih murah daripada kota di Eropa Barat lainnya lho. Ditambah dengan tempat-tempat eksotis seperti Buda Castle, sungai Danube yang membelah kota, dan masih banyak lagi, yang sayang untuk dilewatkan
Buenos Aires, Argentina
Kemerosotan ekonomi di Argentina memang sudah lewat, tapi harga-harga masih murah disana. Menginap di daerah yang elit saja, harganya tak jauh beda dari hotel-hotel di Indonesia. Kita juga bisa menikmati seni, makanan dan musik dengan suasana yang sangat khas loh
Cusco, Peru
Tempat Yang satu, dua tiga empat lima ( hhii ) ini merupakan tempat yang sangat indah untuk dikenang. Di Cusco, banyak bangunan arkeologi dari beberapa jaman yang bagus untuk didokumentasikan. Tempat ini juga salah satu tujuannya para backpacker dunia loh.
Panama City, Panama
Pantai dan kehidupan liar nan eksotis di Panama City masih belum banyak terjamah turis. Bisa membayangkan kan bagaimana indahnya tempay yang masih 'perawan'. Kebanyakan hotel berada di pusat kota, namun dengan harga yang masuk akal loh.
Koh LantaTulum, Meksiko
Tulum memang hanya berjarak sekitar satu setengah jam dari Cancun, tapi suasananya jauh dari hotel bertingkat dan hiruk pikuk kota besar. Pantainya masih sangat bersih dan banyak penginapan di pinggir pantai yang bagus, dan kita tak memerlukan AC disini karena bakal terbuai dengan angin pantainya.Koh Lanta, ThailandIni yang paling dekat dari Indonesia. Koh Lanta adalah pantai alternatif bagi yang ingin 'melarikan diri' dari Phuket yang ramai dipenuhi turis-turis. Soal harga, sepertinya kita nggak perlu bingung, dijamin nggak jauh beda dari Indonesia deh. ( V/\ )
Gimana sudah menemukan tempat hiburan anda.... klo bingung mending ke MD ( Main Dirumah )
Sabtu, 06 Desember 2008
Menerbangkan Teddy Bear ke Ruang Angkasa
Memang jarang sekali Inggris mengklaim kemenangan dalam persaingan teknologi ruang angkasa. Namun, beberapa murid sekolah menengah pertama dari Inggris ini berhasil menerbangkan empat boneka beruang atau teddy bear hingga 32 kilometer di atas permukaan Bumi.
Dua teddy bear diantaranya diberi nama MAT dan KMS sesuai dengan inisial murid yang membuat pakaian ruang angkasa untuk boneka ini. Boneka-boneka tersebut dilekatkan ke kotak yang dililit dengan lapisan alumunium dan foam berisi beberapa instrumen dan kamera.
Kedua boneka diterbangkan dengan balon helium Senin (1/12) dari Churchill College di Cambridge. Setelah balon melambung pada ketinggian 100.000 kaki, sebuah webcam sempat merekam perjalanan teddy bear ke ruang angkasa. Balon tersebut kemudian meletus dan boneka-boneka teddy bear kembali ke Bumi dengan dibantu oleh sebuah parasut yang terbuka secara otomatis.
Dalam perjalanan menuju ruang angkasa selama 2 jam dan 9 menit, teddy bear dilengkapi dengan radio yang mengirim sinyal pada tim misi di Bumi. Tim misi kemudian berhasil melacak lokasi pendaratan boneka teddy bear dengan menggunakan data kecepatan angin.
Boneka-boneka ini mendarat kembali dengan selamat ke Bumi atau tepatnya di sebuah lapangan yang terletak 4 mil barat laut Ipswich. Teddy bear mendarat tepat 50 mil dari lokasi peluncuran di Churchill College.
Teddy bear sempat menembus temperatur minus 53 derajad Celcius. Namun, boneka-boneka ini telah dilengkapi oleh pakaian khusus ruang antariksa yang dibuat oleh murid sekolah Churchill College.
Sensor temperatur dipasang pada dada teddy bear. Sensor itu terhubung ke sebuah laptop yang memungkinkan "kontrol misi" menghitung temperatur ekstrim yang dialami oleh keempat boneka.
Namun, misi yang dipimpin oleh mahasiswa aerodinamika Henry Hallam (21) itu mempunyai tujuan yang lebih serius ketimbang meluncurkan teddy bear ke luar angkasa. Tujuan eksperimen ini adalah memonitor kondisi cuaca di statosfer dan menentukan material yang menjadi insulasi terbaik terhadap temperatur membeku selama perjalanan teddy bear.
Dua teddy bear diantaranya diberi nama MAT dan KMS sesuai dengan inisial murid yang membuat pakaian ruang angkasa untuk boneka ini. Boneka-boneka tersebut dilekatkan ke kotak yang dililit dengan lapisan alumunium dan foam berisi beberapa instrumen dan kamera.
Kedua boneka diterbangkan dengan balon helium Senin (1/12) dari Churchill College di Cambridge. Setelah balon melambung pada ketinggian 100.000 kaki, sebuah webcam sempat merekam perjalanan teddy bear ke ruang angkasa. Balon tersebut kemudian meletus dan boneka-boneka teddy bear kembali ke Bumi dengan dibantu oleh sebuah parasut yang terbuka secara otomatis.
Dalam perjalanan menuju ruang angkasa selama 2 jam dan 9 menit, teddy bear dilengkapi dengan radio yang mengirim sinyal pada tim misi di Bumi. Tim misi kemudian berhasil melacak lokasi pendaratan boneka teddy bear dengan menggunakan data kecepatan angin.
Boneka-boneka ini mendarat kembali dengan selamat ke Bumi atau tepatnya di sebuah lapangan yang terletak 4 mil barat laut Ipswich. Teddy bear mendarat tepat 50 mil dari lokasi peluncuran di Churchill College.
Teddy bear sempat menembus temperatur minus 53 derajad Celcius. Namun, boneka-boneka ini telah dilengkapi oleh pakaian khusus ruang antariksa yang dibuat oleh murid sekolah Churchill College.
Sensor temperatur dipasang pada dada teddy bear. Sensor itu terhubung ke sebuah laptop yang memungkinkan "kontrol misi" menghitung temperatur ekstrim yang dialami oleh keempat boneka.
Namun, misi yang dipimpin oleh mahasiswa aerodinamika Henry Hallam (21) itu mempunyai tujuan yang lebih serius ketimbang meluncurkan teddy bear ke luar angkasa. Tujuan eksperimen ini adalah memonitor kondisi cuaca di statosfer dan menentukan material yang menjadi insulasi terbaik terhadap temperatur membeku selama perjalanan teddy bear.
Pasukan India Perangi Teroris Terakhir di Taj Mahal
Pasukan Komando India memerangi teroris terakhir yang masih bertahan di Hotel Taj Mahal, Mumbai, India, Sabtu (29/11). Kemarin, Jumat (28/11), pasukan elite India itu berhasil menguasai pusat komunitas Yahudi.
Ketegangan masih berlangsung di Hotel Taj Mahal yang rusak oleh ledakan granat dan rentetan tembakan. Otoritas India menduga masih ada satu atau dua teroris di dalam hotel itu. Pemerintah India tidak mengizinkan siaran langsung pertempuran yang terjadi di hotel tersebut. Alasannya, pihak teroris diyakini memantau berita dan dikhawatirkan akan mengganggu operasi pembebasan Taj Mahal.Sampai dengan Jumat sore setidaknya sembilan teroris tewas dan satu orang ditahan, ujar salah seorang pejabat tinggi setempat. Drama terorisme yang berlangsung sejak Rabu (26/11) malam telah menewaskan 160 orang, 15 diantaranya adalah warga negara asing. Korban tewas juga jatuh dari pasukan India.
Ketegangan masih berlangsung di Hotel Taj Mahal yang rusak oleh ledakan granat dan rentetan tembakan. Otoritas India menduga masih ada satu atau dua teroris di dalam hotel itu. Pemerintah India tidak mengizinkan siaran langsung pertempuran yang terjadi di hotel tersebut. Alasannya, pihak teroris diyakini memantau berita dan dikhawatirkan akan mengganggu operasi pembebasan Taj Mahal.Sampai dengan Jumat sore setidaknya sembilan teroris tewas dan satu orang ditahan, ujar salah seorang pejabat tinggi setempat. Drama terorisme yang berlangsung sejak Rabu (26/11) malam telah menewaskan 160 orang, 15 diantaranya adalah warga negara asing. Korban tewas juga jatuh dari pasukan India.
Membaca Rahasia di Perut Bumi
Bumi selalu dianggap berbentuk bulat dan mempunyai gravitasi yang sama di seluruh permukaannya. Kenyataannya tidak begitu. Karena massa di perut bumi memiliki kerapatan yang heterogen, maka terjadilah penyimpangan gaya gravitasi. Anomali itulah yang justru dicari para memburu minyak bumi dan para penambang.
Untuk menggambarkan bentuk bumi, ada beberapa model yang dipakai, di antaranya dipilih bentuk ellipsoida dan digunakan asumsi bahwa densitas (kerapatan) bumi homogen. Padahal, kenyataannya, kerapatan massa bumi itu heterogen yang juga diliputi air, batuan leleh, minyak, dan gas. Di permukaan bumi ada gunung-gunung yang memendam magma, sebagiannya ditutupi lautan, dan di bawahnya bersembunyi cekungan minyak. Daerah-daerah tersebut gaya beratnya lebih rendah dibandingkan dengan permukaan atau lapisan bumi yang padat dan rapat.
Dengan ditemukannya kondisi itu, bentuk ellipsoid bumi yang ideal tadi memiliki jarak dengan bentuk geoid, yaitu model bumi yang mendekati bentuk bumi sesungguhnya. Secara praktis geoid dianggap berimpit dengan permukaan laut rata-rata pada saat keadaannya tenang dan tanpa gangguan cuaca.
Jarak geoid terhadap ellipsoid itu—yang disebut undulasi geoid—jelas tidak sama di semua tempat, karena ketidakseragaman sebaran densitas massa bumi itu. ”Beda tinggi antara ellipsoid dan tinggi geoid sangatlah bervariasi dan besarnya bisa mencapai puluhan meter,” urai Joenil Kahar, pakar Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pengukuran ”geoid”
Peta geoid dibuat berdasarkan pengukuran gaya berat bumi di setiap tempat menggunakan alat ukur yang disebut dengan gravimeter. Pengukuran itu dilakukan dengan mengacu pada jejaring berupa garis-garis sejajar dengan kerapatan tertentu, yang direncanakan di atas peta.
”Bagi kegiatan survei pemetaan, geoid digunakan untuk acuan tinggi rupa bumi atau topografi,” kata Jacub Rais, pakar geomatika yang juga guru besar emeritus di ITB.
Untuk keperluan aplikasi geodesi, geofisika, dan oseanografi dibutuhkan juga geoid dengan ketelitian yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan memadukan sistem global positioning system (GPS) yang dapat mengukur ketinggian permukaan bumi di mana pun dan kapan pun, serta tidak tergantung cuaca di seluruh permukaan bumi.
Dalam bidang geodesi, informasi geoid yang teliti ini dipadukan dengan sistem GPS dalam penentuan tinggi ortometrik digunakan untuk berbagai keperluan praktis, seperti pembangunan infrastruktur bangunan, bendungan, dan saluran irigasi.
Teknik pengukuran aerial gravitasi adalah menempatkan alat gravimeter di pesawat terbang yang mengudara dengan kecepatan, tinggi, dan arah tertentu, banyak digunakan setelah era GPS, karena memberi akurasi posisi yang sangat teliti.
Adapun teknik pengukuran dari antariksa dengan menempatkan sensor gravitasi pada satelit, baru diterapkan pada era milenium ini dengan diluncurkannya satelit gravitasi, seperti Champ, Grace, dan Goce.
Data gravitasi ini diaplikasikan antara lain untuk pencarian sumber daya alam, seperti mineral, hidrokarbon, gas, geotermal, dan hidrologi. Selain itu, juga untuk mengetahui deliniasi struktur bumi yang berhubungan dengan bencana alam, seperti patahan, tanah longsor, dan gunung api.
Informasi geoid yang dibuat dari data gaya berat diperlukan untuk penerapan sistem tinggi dengan teknik satelit, seperti GPS, Galileo, dan Glossnas, serta unifikasi sistem tinggi untuk pemetaan serta menunjang penelitian kenaikan paras muka laut dan sirkulasi arus laut.
Di Indonesia
Pengukuran gaya berat di Indonesia, ujar Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Rudolf W Matindas, telah lama dilakukan oleh perusahaan minyak di Jawa dan Sumatera. Namun, cakupannya tergolong sempit. Data itu selama ini dirahasiakan perusahaan itu karena dapat mengungkap kondisi lapisan permukaan bumi yang memiliki cekungan minyak. Sementara itu, di luar Pulau Jawa dan Sumatera boleh dibilang hingga kini minim data gaya berat, bahkan Papua masih tergolong blank area.
Penyediaan data gaya berat secara nasional untuk keperluan pembangunan di daerah dilakukan Bakosurtanal dengan menggandeng Denmark Technical University.
Untuk mempercepat survei gravitasi ini dipilih wahana pesawat terbang, yang menurut Koordinator Survey Airborne Gravity Indonesia (SAGI) 2008, Fientje Kasenda, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan survei di darat atau teresterial dan satelit. Dengan pesawat terbang jangkauan lebih luas dan cepat untuk medan yang berat, seperti hutan, pegunungan, dan perairan dangkal hingga pesisir. Selain itu juga memberikan kesinambungan data antara laut dan darat. Resolusi data lebih baik dibandingkan dengan satelit. Biaya yang dikeluarkan pun relatif lebih murah.
Dalam program Bakosurtanal, tutur Matindas, SAGI tahap pertama dilakukan di seluruh Sulawesi, sebagai daerah yang memiliki topografi yang kompleks. Diharapkan survei gaya berat dan pembuatan peta seluruh Indonesia dapat diselesaikan pada tahun 2012.
Untuk menggambarkan bentuk bumi, ada beberapa model yang dipakai, di antaranya dipilih bentuk ellipsoida dan digunakan asumsi bahwa densitas (kerapatan) bumi homogen. Padahal, kenyataannya, kerapatan massa bumi itu heterogen yang juga diliputi air, batuan leleh, minyak, dan gas. Di permukaan bumi ada gunung-gunung yang memendam magma, sebagiannya ditutupi lautan, dan di bawahnya bersembunyi cekungan minyak. Daerah-daerah tersebut gaya beratnya lebih rendah dibandingkan dengan permukaan atau lapisan bumi yang padat dan rapat.
Dengan ditemukannya kondisi itu, bentuk ellipsoid bumi yang ideal tadi memiliki jarak dengan bentuk geoid, yaitu model bumi yang mendekati bentuk bumi sesungguhnya. Secara praktis geoid dianggap berimpit dengan permukaan laut rata-rata pada saat keadaannya tenang dan tanpa gangguan cuaca.
Jarak geoid terhadap ellipsoid itu—yang disebut undulasi geoid—jelas tidak sama di semua tempat, karena ketidakseragaman sebaran densitas massa bumi itu. ”Beda tinggi antara ellipsoid dan tinggi geoid sangatlah bervariasi dan besarnya bisa mencapai puluhan meter,” urai Joenil Kahar, pakar Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pengukuran ”geoid”
Peta geoid dibuat berdasarkan pengukuran gaya berat bumi di setiap tempat menggunakan alat ukur yang disebut dengan gravimeter. Pengukuran itu dilakukan dengan mengacu pada jejaring berupa garis-garis sejajar dengan kerapatan tertentu, yang direncanakan di atas peta.
”Bagi kegiatan survei pemetaan, geoid digunakan untuk acuan tinggi rupa bumi atau topografi,” kata Jacub Rais, pakar geomatika yang juga guru besar emeritus di ITB.
Untuk keperluan aplikasi geodesi, geofisika, dan oseanografi dibutuhkan juga geoid dengan ketelitian yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan memadukan sistem global positioning system (GPS) yang dapat mengukur ketinggian permukaan bumi di mana pun dan kapan pun, serta tidak tergantung cuaca di seluruh permukaan bumi.
Dalam bidang geodesi, informasi geoid yang teliti ini dipadukan dengan sistem GPS dalam penentuan tinggi ortometrik digunakan untuk berbagai keperluan praktis, seperti pembangunan infrastruktur bangunan, bendungan, dan saluran irigasi.
Teknik pengukuran aerial gravitasi adalah menempatkan alat gravimeter di pesawat terbang yang mengudara dengan kecepatan, tinggi, dan arah tertentu, banyak digunakan setelah era GPS, karena memberi akurasi posisi yang sangat teliti.
Adapun teknik pengukuran dari antariksa dengan menempatkan sensor gravitasi pada satelit, baru diterapkan pada era milenium ini dengan diluncurkannya satelit gravitasi, seperti Champ, Grace, dan Goce.
Data gravitasi ini diaplikasikan antara lain untuk pencarian sumber daya alam, seperti mineral, hidrokarbon, gas, geotermal, dan hidrologi. Selain itu, juga untuk mengetahui deliniasi struktur bumi yang berhubungan dengan bencana alam, seperti patahan, tanah longsor, dan gunung api.
Informasi geoid yang dibuat dari data gaya berat diperlukan untuk penerapan sistem tinggi dengan teknik satelit, seperti GPS, Galileo, dan Glossnas, serta unifikasi sistem tinggi untuk pemetaan serta menunjang penelitian kenaikan paras muka laut dan sirkulasi arus laut.
Di Indonesia
Pengukuran gaya berat di Indonesia, ujar Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Rudolf W Matindas, telah lama dilakukan oleh perusahaan minyak di Jawa dan Sumatera. Namun, cakupannya tergolong sempit. Data itu selama ini dirahasiakan perusahaan itu karena dapat mengungkap kondisi lapisan permukaan bumi yang memiliki cekungan minyak. Sementara itu, di luar Pulau Jawa dan Sumatera boleh dibilang hingga kini minim data gaya berat, bahkan Papua masih tergolong blank area.
Penyediaan data gaya berat secara nasional untuk keperluan pembangunan di daerah dilakukan Bakosurtanal dengan menggandeng Denmark Technical University.
Untuk mempercepat survei gravitasi ini dipilih wahana pesawat terbang, yang menurut Koordinator Survey Airborne Gravity Indonesia (SAGI) 2008, Fientje Kasenda, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan survei di darat atau teresterial dan satelit. Dengan pesawat terbang jangkauan lebih luas dan cepat untuk medan yang berat, seperti hutan, pegunungan, dan perairan dangkal hingga pesisir. Selain itu juga memberikan kesinambungan data antara laut dan darat. Resolusi data lebih baik dibandingkan dengan satelit. Biaya yang dikeluarkan pun relatif lebih murah.
Dalam program Bakosurtanal, tutur Matindas, SAGI tahap pertama dilakukan di seluruh Sulawesi, sebagai daerah yang memiliki topografi yang kompleks. Diharapkan survei gaya berat dan pembuatan peta seluruh Indonesia dapat diselesaikan pada tahun 2012.
Australia Klasifikasi 113 Spesies Baru Ikan Hiu dan Pari
Dengan teknik pemindaian DNA, para ilmuwan Australia berhasil mengidentifikasi 113 spesies baru ikan hiu dan pari yang hidup di benua tersebut. Sebagian di antara ikan-kan tersebut sebelumnya dianggap satu spesies namun teryata memiliki sifat genetika berbeda sehingga dipisahkan.Jika dilihat sekilas, sebagian di antaranya terlihat sangat mirip sehingga sulit dibedakan. Bahkan, beberapa hidup di habitat yang sama dan seringkali berenang bersama-sama. "Dalam beberapa kasus, yang sebelumnya dikira satu spesies ternyata menjadi lima spesies," ujar Peter Last, taksonom yang memimpin proyek CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research organization) ini. Setengah dari spesies tersebut merupakan endemik dan hanya ditemukan di Australia. Dengan klasifikasi baru ini menempatkan Australia sebagai hunian bagi sepertiga spesies hu dan pari di seluruh dunia. Spesies-spesies yang baru teridentifikasi tersebut sebagain sudah sangat langka dan terancam punah karenanya. Di antaranya ikan hiu dan pari raksasa dari sungai utara, maugean skate, dan hiu gulper.
"Kami telah me-review hampir semua fauna hiu dan ikan pari," ujar Last. Untuk mempelajari spesies ikan hiu dan pari asal Australia yang tersebar di museum-museum di Australia, Selandia Baru, dan Inggris dibutuhkan waktu sekitar 18 bulan.
"Kami telah me-review hampir semua fauna hiu dan ikan pari," ujar Last. Untuk mempelajari spesies ikan hiu dan pari asal Australia yang tersebar di museum-museum di Australia, Selandia Baru, dan Inggris dibutuhkan waktu sekitar 18 bulan.
Langganan:
Postingan (Atom)